Kamis, 30 Oktober 2025

Tugas Mandiri 7B

 PERTANYAAN PEMANTIK

  1. Apa perbedaan antara informasi ilmiah dan informasi populer?
    Informasi ilmiah berbasis riset, bersifat objektif, dan ditulis untuk kalangan akademik; sedangkan informasi populer ditulis untuk umum dengan bahasa ringan dan tidak selalu melalui proses penelitian.
  2. Bagaimana cara menelusuri informasi ilmiah yang valid di internet?
    Gunakan database ilmiah seperti Google Scholar, Scopus, atau Sinta, pilih sumber dari jurnal resmi, dan gunakan kata kunci serta operator Boolean untuk hasil pencarian yang tepat.

  3. Sebutkan kriteria untuk menilai kredibilitas sebuah jurnal ilmiah.
    Jurnal kredibel memiliki ISSN, peer review, terindeks di database bereputasi (Scopus, Sinta), diterbitkan lembaga resmi, dan memuat data serta referensi yang jelas.

  4. Mengapa penghindaran plagiarisme penting dalam penulisan ilmiah?
    Karena plagiarisme melanggar etika akademik, merusak kredibilitas penulis, dan dapat menghilangkan keaslian serta kepercayaan terhadap karya ilmiah.

  5. Bagaimana format penulisan daftar pustaka untuk sumber daring?
    Umumnya mencantumkan nama penulis, tahun, judul, nama situs atau jurnal, dan tautan URL. Contoh gaya APA: Nama, A. A. (Tahun). Judul artikel. Nama Situs. https://alamat-url

PERTANYAAN REFLEKTIF

  1. Ceritakan pengalaman Anda menggunakan sumber yang tidak valid dan dampaknya terhadap hasil tulisan.
    Saya pernah menggunakan sumber blog tanpa referensi, sehingga isi tulisan saya kurang akurat dan sulit dipertanggungjawabkan.

  2. Bagaimana Anda membedakan jurnal ilmiah terpercaya dengan jurnal predator?
    Jurnal terpercaya memiliki ISSN, proses peer review, diterbitkan oleh lembaga resmi, dan tercantum di database seperti Scopus atau Sinta.

  3. Apa kesulitan terbesar yang Anda hadapi dalam menulis daftar pustaka? Bagaimana cara Anda mengatasinya?
    Kesulitannya menjaga konsistensi format. Saya mengatasinya dengan mengikuti panduan gaya sitasi dan menggunakan aplikasi Mendeley.

  4. Apakah Anda pernah menggunakan aplikasi Mendeley atau Zotero? Jelaskan pengalaman Anda dalam menggunakannya.
    Ya, saya pernah menggunakan Mendeley. Aplikasi ini sangat membantu karena otomatis menyusun sitasi dan daftar pustaka sesuai gaya yang dipilih.

  1. Perbaikan apa yang akan Anda lakukan dalam menulis kutipan dan daftar pustaka di masa mendatang?
    Saya akan lebih teliti mencatat sumber sejak awal, menggunakan gaya sitasi yang konsisten, dan memanfaatkan aplikasi referensi agar hasilnya rapi.

Tugas Mandiri 7A

 RINGKASAN 10 POIN 

  1. Informasi ilmiah harus berbasis riset, objektif, dan terpublikasi.
  2. Penelusuran informasi dilakukan dengan memanfaatkan database ilmiah seperti Google Scholar, Scopus, dan DOAJ.

  3. Gunakan kata kunci strategis serta operator Boolean (AND, OR, NOT) untuk mempersempit atau memperluas hasil pencarian.

  4. Evaluasi setiap sumber berdasarkan akurasi, otoritas, objektivitas, cakupan, dan kekinian.

  5. Sumber yang kredibel biasanya berasal dari jurnal bereputasi, institusi resmi, atau buku akademik.

  6. Catat informasi penting dari sumber sejak awal untuk mempermudah proses penulisan dan sitasi.

  7. Kutipan digunakan untuk memperkuat argumen dan menghindari plagiarisme.

  8. Daftar pustaka harus disusun sesuai gaya penulisan yang ditetapkan (misalnya APA, MLA, atau Chicago).

  9. Gunakan aplikasi manajemen referensi seperti Zotero, Mendeley, atau EndNote untuk mengelola sitasi dan pustaka secara efisien.

  10. Konsistensi dalam format kutipan dan daftar pustaka mencerminkan profesionalitas serta integritas akademik.

Tugas Mandiri 6B

 B. PERTANYAAN PEMANTIK

1. Pentingnya Membedakan Sumber Primer, Sekunder, dan Tersier

Pembedaan antara sumber primer, sekunder, dan tersier menjadi hal mendasar dalam penelitian ilmiah. Sumber primer merupakan data asli atau hasil penelitian langsung, seperti laporan penelitian, wawancara, atau dokumen resmi. Sumber sekunder berisi interpretasi atau ulasan terhadap sumber primer, seperti jurnal kajian atau buku tinjauan teori. Sedangkan sumber tersier, seperti ensiklopedia dan indeks, hanya berfungsi sebagai panduan umum. Dengan memahami perbedaannya, peneliti dapat menilai tingkat keaslian dan relevansi informasi, serta memilih sumber yang paling tepat untuk mendukung kajian ilmiahnya.

2. Perbedaan Membaca Akademik dan Membaca Umum

Membaca akademik menuntut keterlibatan aktif pembaca dalam menganalisis isi bacaan secara kritis. Tujuannya bukan hanya memahami teks, tetapi juga menilai argumentasi, metode, serta relevansi informasi terhadap penelitian yang dilakukan. Pembaca akademik biasanya membuat catatan, mengidentifikasi konsep penting, dan membandingkan teori antar sumber. Sebaliknya, membaca umum bersifat lebih ringan dan bertujuan untuk hiburan atau pengetahuan umum tanpa analisis mendalam.

3. Cara Menilai Kredibilitas Sumber Pustaka

Menilai kredibilitas sumber pustaka sangat penting agar penelitian memiliki dasar yang kuat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain reputasi penulis, lembaga penerbit, tahun terbit, serta banyaknya sitasi yang diterima. Selain itu, objektivitas isi juga menjadi penanda penting, sumber yang bersifat ilmiah cenderung menggunakan data, bukti, dan metode penelitian yang jelas, bukan opini pribadi.

4. Kesalahan Umum dalam Mengutip Sumber

Dalam penulisan ilmiah, kesalahan mengutip sering terjadi dan dapat berdampak serius terhadap keaslian karya. Kesalahan umum meliputi tidak mencantumkan sumber asli (plagiarisme), menyalin langsung tanpa tanda kutip, salah mencantumkan nama penulis atau tahun, serta tidak mengikuti format penulisan kutipan yang benar seperti APA, MLA, atau Chicago. Ketelitian dalam menulis kutipan membantu menjaga integritas akademik dan memudahkan pembaca melacak sumber rujukan.

5. Menjaga Keaslian Argumen Saat Mengutip Banyak Referensi

Mengutip banyak referensi bukan berarti menghilangkan keaslian argumen. Penulis harus mampu mengolah informasi dengan kata-kata sendiri melalui parafrase, serta mengaitkan kutipan dengan analisis dan pandangan pribadinya. Kutipan sebaiknya berfungsi sebagai penguat, bukan pengganti ide utama. Dengan demikian, argumen yang disampaikan tetap orisinal dan mencerminkan kemampuan berpikir kritis penulis.

C. PERTANYAAN REFLEKTIF

1. Sejauh Mana Mampu Membedakan Sumber Kredibel dan Tidak Kredibel

Saya cukup mampu membedakan sumber yang kredibel dan tidak kredibel dengan melihat beberapa aspek utama. Sumber yang kredibel biasanya diterbitkan oleh lembaga resmi, jurnal terakreditasi, atau penulis yang memiliki latar belakang akademik jelas. Selain itu, saya memperhatikan tahun terbit dan jumlah sitasi yang menunjukkan sejauh mana karya tersebut diakui oleh komunitas ilmiah. Sebaliknya, sumber yang tidak kredibel cenderung berasal dari blog pribadi, media tanpa referensi, atau tidak mencantumkan data pendukung yang valid.

2. Strategi Saat Kesulitan Memahami Teks Akademik

Ketika menghadapi teks akademik yang sulit, saya menggunakan strategi membaca bertahap. Pertama, saya membaca bagian abstrak dan kesimpulan untuk memahami gambaran umum. Kedua, saya mencatat istilah-istilah penting dan mencari maknanya secara terpisah. Jika struktur kalimat terlalu kompleks, saya memecahnya menjadi bagian lebih kecil agar lebih mudah dipahami. Selain itu, saya membandingkan beberapa sumber yang membahas topik serupa untuk memperjelas pemahaman konsep.

3. Peran Pencatatan Informasi dalam Membantu Struktur Tulisan

Pencatatan informasi sangat membantu saya dalam menyusun struktur tulisan yang sistematis. Melalui catatan, saya dapat mengelompokkan ide berdasarkan tema, teori, dan data pendukung. Hal ini memudahkan dalam menyusun kerangka tulisan sehingga alur pembahasan menjadi lebih logis. Catatan juga membantu saya menghindari pengulangan serta memastikan semua informasi yang digunakan memiliki sumber yang jelas.

4. Tantangan dalam Parafrase dan Sintesis Informasi

Tantangan terbesar dalam melakukan parafrase adalah menjaga makna asli tulisan tanpa menyalin struktur kalimat penulis. Kadang-kadang sulit menemukan padanan kata yang tepat atau menyusun ulang kalimat tanpa mengubah konteks. Sementara dalam sintesis informasi, tantangannya adalah menggabungkan berbagai pendapat dari sumber yang berbeda agar membentuk argumen baru yang utuh dan logis. Untuk mengatasinya, saya berlatih menulis ulang dengan gaya bahasa sendiri dan mencoba memahami esensi ide, bukan sekadar kata-kata.

5. Perubahan Kebiasaan Belajar Setelah Mempelajari Modul Ini

Setelah mempelajari modul ini, saya bertekad untuk lebih teratur dalam mencari dan mencatat sumber pustaka sejak awal proses penelitian. Saya juga akan lebih kritis dalam menilai kredibilitas sumber dan lebih hati-hati dalam mengutip agar terhindar dari plagiarisme. Selain itu, saya ingin meningkatkan kemampuan parafrase dan sintesis agar tulisan saya memiliki karakter yang lebih orisinal dan ilmiah.


Tugas Mandiri 6A

RINGKASAN 10 POIN PENTING
  1. Menentukan Tujuan Membaca: Pembaca perlu mengetahui alasan membaca, apakah untuk memahami teori, mencari data pendukung, atau membandingkan pendapat ahli.

  2. Mengidentifikasi Jenis Sumber: Penting untuk membedakan antara sumber primer yang bersifat langsung dan sumber sekunder yang bersifat penunjang.

  3. Membaca Secara Selektif : Fokuskan perhatian pada bagian penting seperti abstrak, pendahuluan, hasil, dan kesimpulan agar efisien dalam memahami isi bacaan.

  4. Mencatat Informasi Utama: Catat ide pokok, konsep penting, serta data relevan yang berkaitan dengan topik penelitian.

  5. Menganalisis Kredibilitas Sumber: Nilai keandalan sumber dengan memperhatikan reputasi penulis, tahun terbit, dan lembaga penerbitnya.

  6. Mengidentifikasi Konsep dan Teori Kunci: Pahami teori atau model utama yang digunakan untuk membangun kerangka berpikir penulis.

  7. Membandingkan Berbagai Sumber: Bandingkan isi beberapa sumber untuk menemukan kesamaan, perbedaan, dan celah penelitian.

  8. Menilai Argumentasi dan Data: Tinjau kekuatan logika, metode penelitian, serta keakuratan data yang digunakan dalam sumber tersebut.

  9. Menarik Kesimpulan dari Bacaan: Rumuskan pemahaman pribadi mengenai isi sumber dan relevansinya terhadap topik yang diteliti.

  10. Menyusun Daftar Pustaka: Catat semua sumber dengan format penulisan yang benar agar mudah disitasi dan terhindar dari plagiarisme.

Kamis, 16 Oktober 2025

Tugas Terstruktur 3

Penggabungan Konsep Arsitektur Neo-Vernakuler dan Pendidikan Arsitektur sebagai Upaya Pelestarian Nilai Budaya Bangunan Tradisional


1. Pendahuluan

Latar Belakang

Arsitektur merupakan cerminan kebudayaan manusia yang senantiasa berkembang mengikuti perubahan zaman. Sebagaimana dijelaskan oleh Adhimastra, arsitektur tidak sekadar wujud fisik bangunan, tetapi juga merupakan ungkapan nilai, fungsi, dan makna sosial budaya yang mencerminkan kehidupan masyarakat. Dalam konteks globalisasi dan modernisasi, banyak nilai-nilai arsitektur tradisional yang mulai tergerus oleh tren modern yang bersifat universal. Fenomena ini menimbulkan tantangan bagi dunia arsitektur Indonesia dalam mempertahankan identitas kebangsaan di tengah derasnya pengaruh modernisme.

Salah satu konsep yang menawarkan solusi atas permasalahan tersebut adalah arsitektur neo-vernakuler, yakni pendekatan yang memadukan nilai-nilai lokal (vernacular) dengan inovasi modern. Widi & Prayogi (2020) menegaskan bahwa arsitektur neo-vernakuler merupakan bentuk interpretasi baru dari arsitektur tradisional yang mengadopsi nilai-nilai lokal dengan sentuhan teknologi dan gaya modern.

Sementara itu, penelitian Labib (2023) pada rumah adat Bale Tani di Desa Sade, Lombok, menunjukkan bahwa penggabungan unsur neo-vernakuler dapat meningkatkan nilai estetika, utilitas, dan keberlanjutan tanpa menghilangkan identitas budaya Sasak.

Melalui penggabungan pandangan teoritis dan empiris tersebut, laporan ini berupaya menelaah keterkaitan antara nilai keilmuan, kebangsaan, dan pendidikan arsitektur dalam penerapan konsep neo-vernakuler di Indonesia.

Tujuan

Tujuan penyusunan laporan ini adalah:

  1. Menganalisis potensi nilai-nilai bahasa, keilmuan, dan kebangsaan dalam arsitektur neo-vernakuler.

  2. Mengidentifikasi relevansi konsep neo-vernakuler terhadap pendidikan arsitektur modern.

  3. Memberikan rekomendasi strategis untuk pengembangan pendidikan arsitektur yang berorientasi pada pelestarian budaya bangsa.


2. Metodologi

Metode Eksplorasi

Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif-komparatif, dengan menggabungkan hasil eksplorasi dari ketiga sumber ilmiah yang relevan. Eksplorasi dilakukan melalui:

  • Analisis literatur dari tiga jurnal utama untuk mengidentifikasi gagasan inti dan pendekatan konseptual.
  • Perbandingan tematik terhadap penerapan nilai-nilai neo-vernakuler pada studi kasus (Bale Tani dan Rumah Keramik F. Widiyanto).
  • Sintesis teoretis antara konsep pendidikan arsitektur dan penerapan prinsip arsitektur neo-vernakuler.


Metode Analisis

Analisis dilakukan dengan tiga fokus utama:

  1. Nilai Bahasa – bagaimana konsep arsitektur diartikulasikan dalam simbol, estetika, dan komunikasi budaya.

  2. Nilai Keilmuan – sejauh mana pendekatan ilmiah dan metodologis diterapkan dalam perancangan bangunan neo-vernakuler.

  3. Nilai Kebangsaan – bagaimana arsitektur neo-vernakuler memperkuat identitas dan jati diri bangsa Indonesia.


3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Nilai Bahasa dalam Arsitektur Neo-Vernakuler

Bahasa dalam arsitektur berperan sebagai media komunikasi nonverbal yang mengandung simbol dan makna kultural. Dalam konteks neo-vernakuler, bentuk, material, dan tata ruang mencerminkan narasi lokalitas.

Pada rumah adat Bale Tani di Lombok, setiap elemen arsitektur mengandung makna linguistik dan simbolik: struktur berundak merepresentasikan hierarki sosial dan spiritualitas masyarakat Sasak. Bahasa arsitektur tersebut menegaskan bahwa bentuk fisik bangunan merupakan hasil tafsir budaya dan sistem nilai yang hidup.

Sementara pada Rumah Keramik F. Widiyanto, nilai bahasa diwujudkan melalui ekspresi artistik yang menggabungkan bentuk tradisional seperti atap joglo dengan material modern. Ini menunjukkan bahwa bahasa arsitektur dapat menjadi jembatan antara nilai estetika lokal dan ekspresi modernitas.


3.2. Nilai Keilmuan: Integrasi Konsep dan Pendidikan Arsitektur

Adhimastra menegaskan bahwa pendidikan arsitektur harus menanamkan prinsip Firmitas, Utilitas, dan Venustas (kekuatan, fungsi, dan keindahan) sebagaimana dikemukakan Vitruvius. Prinsip ini selaras dengan gagasan neo-vernakuler yang mengedepankan keseimbangan antara kekuatan struktur lokal, fungsi adaptif, dan keindahan kontekstual.

Dari segi keilmuan, penerapan metode eksperimen digital dan analisis prototipe 3D pada penelitian Labib (2023) menunjukkan pendekatan ilmiah yang progresif dalam memahami adaptasi arsitektur tradisional terhadap kebutuhan modern. Hal ini menegaskan bahwa pendidikan arsitektur perlu menumbuhkan kemampuan eksploratif dan kritis terhadap konteks lokal sebagai bagian dari inovasi desain.

Selain itu, metode deskriptif yang digunakan oleh Widi & Prayogi (2020) dalam menganalisis bangunan budaya memperlihatkan pentingnya empirisitas visual dan observasi langsung dalam pengajaran arsitektur agar mahasiswa tidak hanya memahami bentuk, tetapi juga filosofi yang melatarbelakanginya.


3.3. Nilai Kebangsaan: Pelestarian Identitas dan Integrasi Budaya

Nilai kebangsaan tercermin dalam upaya mempertahankan identitas budaya melalui desain yang menghargai tradisi lokal. Neo-vernakuler menjadi strategi untuk menolak homogenisasi global arsitektur modern.

Labib (2023) menegaskan bahwa arsitektur neo-vernakuler seperti Bale Tani dapat menjadi simbol keberlanjutan budaya nasional, yang menggabungkan kearifan lokal dan teknologi modern. Dengan demikian, konsep ini tidak hanya mempertahankan bentuk, tetapi juga memperkuat rasa memiliki terhadap warisan bangsa.

Widi & Prayogi (2020) menambahkan bahwa arsitektur neo-vernakuler memungkinkan munculnya kebanggaan kultural dalam ruang publik, misalnya melalui fasilitas budaya dan hiburan yang menampilkan identitas lokal di tengah perkembangan urban.

Pendidikan arsitektur, sebagaimana ditekankan Adhimastra, memiliki tanggung jawab moral untuk menanamkan kesadaran kebangsaan kepada calon arsitek agar mereka tidak hanya menjadi perancang bentuk, tetapi juga penjaga nilai dan identitas nasional.


4. Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan:

Dari hasil sintesis tiga jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa:

  1. Arsitektur neo-vernakuler merupakan jembatan konseptual antara tradisi dan modernitas yang berperan penting dalam pelestarian nilai-nilai budaya Indonesia.

  2. Nilai bahasa dalam arsitektur terwujud melalui simbolisme bentuk, tata ruang, dan material lokal yang berfungsi sebagai media ekspresi identitas daerah.

  3. Nilai keilmuan tampak pada integrasi metode analisis ilmiah dalam pendidikan dan penelitian arsitektur yang menggabungkan inovasi digital dan kearifan lokal.

  4. Nilai kebangsaan diartikulasikan melalui upaya desain yang mempertahankan karakter lokal sebagai bentuk tanggung jawab sosial terhadap keberlanjutan budaya bangsa.


Rekomendasi:

  1. Pendidikan arsitektur perlu mengintegrasikan kurikulum berbasis lokalitas dengan pendekatan neo-vernakuler agar mahasiswa memahami hubungan antara budaya, lingkungan, dan teknologi.

  2. Pemerintah dan akademisi sebaiknya mendorong riset terapan yang berfokus pada inovasi desain beridentitas nasional.

  3. Praktisi arsitektur dianjurkan untuk menjadikan neo-vernakuler bukan sekadar gaya, tetapi sebagai etos desain yang berpihak pada keberlanjutan dan pelestarian budaya.

  4. Komunitas masyarakat hendaknya dilibatkan aktif dalam proyek-proyek arsitektur lokal untuk menjaga relevansi sosial dan nilai kebersamaan.


Daftar Rujukan:

1.) Potensi Nilai Arsitektur Neo-Vernakuler dalam Rumah Adat Bale Tani di Lombok (Labib, 2023)

2.) Arsitektur dan Pendidikan Arsitektur (Adhimastra, tanpa tahun)

3.)Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular pada Bangunan Fasilitas Budaya dan Hiburan (Widi & Prayogi, 2020)

Tugas Mandiri 4B

 10 Soal Isian:

  1. Kaidah bahasa dalam penulisan akademik mencakup tata bahasa, ejaan, diksi, dan struktur kalimat.

  2. Kalimat efektif harus memiliki lima ciri utama, yaitu kehematan, kepaduan, kejelasan, kesatuan, dan kesejajaran (paralelisme).

  3. Struktur dasar kalimat Bahasa Indonesia yang digunakan dalam teks akademik dikenal dengan istilah Subjek–Predikat–Objek–Keterangan (SPOK).

  4. Contoh kata serapan dari bahasa Inggris yang telah disesuaikan secara fonologis adalah televisi.

  5. Dalam teks akademik, penggunaan kata ganti seperti “saya” sebaiknya dihindari dan diganti dengan kata penulis.

  6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan edisi kelima dikenal dengan singkatan EYD V.

  7. Huruf miring dalam penulisan akademik digunakan untuk menuliskan judul buku, nama majalah, dan istilah asing yang belum diserap.

  8. Kesalahan struktur paralel dalam kalimat dapat menyebabkan ketidaktepatan makna dan menurunkan kualitas tulisan.

  9. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk membantu revisi bahasa ilmiah adalah Grammarly (atau KBBI Daring, AI Editor sesuai konteks).

  10. Menurut modul, revisi bahasa ilmiah merupakan bagian dari proses akademik yang berkelanjutan.


5 Soal Esai:

  1. Jelaskan mengapa penggunaan kaidah bahasa yang tepat dalam teks akademik dianggap sebagai indikator profesionalisme dan integritas ilmiah seorang penulis.
    J
    awaban: diharapkan menjelaskan bahwa penggunaan bahasa yang sesuai menunjukkan kemampuan berpikir sistematis, ketelitian, dan kejujuran akademik. Bahasa yang baik juga mencerminkan kesungguhan penulis dalam menjaga kredibilitas ilmiah.

  2. Uraikan lima ciri kalimat efektif dalam penulisan akademik dan berikan masing-masing satu contoh kalimat yang sesuai.
    Jawaban: Mahasiswa diharapkan menjelaskan kehematan, kepaduan, kejelasan, kesatuan, dan kesejajaran (paralelisme) disertai contoh konkret dari setiap ciri.

  3. Bandingkan peran huruf kapital dan huruf miring dalam penulisan akademik menurut EYD V. Sertakan contoh penggunaannya dalam kalimat 
    Jawaban: diharapkan menjelaskan bahwa huruf kapital digunakan untuk nama diri, awal kalimat, dan gelar kehormatan, sedangkan huruf miring digunakan untuk penulisan judul buku, nama majalah, serta istilah asing.

  4. Mengapa revisi bahasa ilmiah penting dilakukan sebelum naskah dipublikasikan? Jelaskan langkah-langkah self-editing yang dapat dilakukan oleh mahasiswa.
    Jawaban: Penjelasan dapat mencakup pentingnya ketepatan makna, kesesuaian kaidah bahasa, serta langkah seperti membaca ulang, memeriksa struktur kalimat, ejaan, dan menghindari ambiguitas.

  5. Dalam konteks penulisan akademik, bagaimana pemilihan diksi dan gaya bahasa dapat memengaruhi persepsi pembaca terhadap kredibilitas tulisan?
    Jawaban: sebaiknya menekankan bahwa diksi yang tepat, formal, dan objektif membangun kepercayaan pembaca, sedangkan diksi tidak baku atau emosional dapat menurunkan kredibilitas tulisan akademik.


Tugas Mandiri 4A

Ringkasan: Kaidah Bahasa dalam Teks Akademik

Pendahuluan
Teks akademik merupakan bentuk tulisan yang digunakan dalam konteks pendidikan dan penelitian untuk menyampaikan gagasan, hasil kajian, maupun analisis ilmiah secara sistematis. Sementara itu, teks ilmiah adalah bagian dari teks akademik yang lebih spesifik karena berfokus pada penyampaian data hasil penelitian dengan metode dan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan. Perbedaan utama keduanya terletak pada tujuan dan sifat penulisannya: teks akademik bersifat umum untuk kegiatan akademik (seperti esai atau laporan), sedangkan teks ilmiah bersifat khusus dan empiris, menekankan pada pembuktian melalui data.

Isi
Karakteristik utama teks ilmiah meliputi penggunaan bahasa yang objektif, logis, sistematis, dan konsisten dengan kaidah kebahasaan baku. Struktur teks akademik umumnya mencakup pendahuluan, tinjauan pustaka, metode, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan. Dalam penerapannya, penulisan akademik yang baik harus mengikuti prinsip kejelasan, ketepatan, koherensi, serta kejujuran ilmiah dalam mengutip sumber. Selain itu, kemampuan literasi kritis menjadi aspek penting dalam memahami dan menulis teks akademik, karena memungkinkan penulis dan pembaca untuk menilai validitas argumen, mengidentifikasi bias, serta mengembangkan pemikiran reflektif dan analitis.

Penutup
Peningkatan literasi akademik dapat dilakukan melalui pelatihan menulis ilmiah, pembiasaan membaca karya akademik, dan penerapan etika penulisan. Dengan demikian, penguasaan kaidah bahasa akademik tidak hanya memperkuat kemampuan komunikasi ilmiah, tetapi juga berperan dalam membangun budaya akademik yang kritis dan bermartabat.

Daftar Pustaka
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2021). Modul Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Keraf, Gorys. (2010). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Badudu, J.S. (2012). Inilah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar. Jakarta: Gramedia.

Tugas Mandiri 7B

  PERTANYAAN PEMANTIK Apa perbedaan antara informasi ilmiah dan informasi populer? Informasi ilmiah berbasis riset, bersifat objektif, dan ...